9 Agustus 2014

Wahai Pengusaha, Tetaplah Lapar, Tetaplah Bodoh!

inspirasi bisnis

Tetaplah lapar, tetaplah bodoh. Stay Hungry Stay Foolish, quote bisnis dan kehidupan yang fenomenal milik Steve Jobs ini pertama kali saya temukan beberapa tahun yang lalu. Lewat milis-milis inspiratif, pesan Steve Jobs ini menyebar viral menyusup di pojok inbox.

Bagi anda yang belum pernah mendengar, bisa menyimak video berikut:



Untuk transkrip versi Indonesia-nya, anda bisa resapi di sini.

Sebagai pencinta pertanyaan, dahulu saya tak terlalu ngeh dengan quote itu. Ada-ada saja Steve Jobs ini, bukankah kalo sudah di atas biasanya malah ‘harus’ sombong? (Quote ini diucapkan Steve Jobs saat ceramah di Stanford tahun 2005, dan anda pasti bisa menebak di mana posisi Apple saat itu)

Ah, ternyata pertanyaan sombong itu tak berumur panjang.

Ya, semakin saya tenggelam dalam dunia bisnis, maka semakin terasa bahwa rasa lapar dan bodoh itu menjadi bahan bakar kelanjutan bisnis kita. Sebaliknya, rasa puas dan sombong bisa jadi pertanda lampu kuning bagi bisnis.

Tetaplah lapar, tetaplah bodoh. Take action!

Ada yang menerjemahkan kutipan Steve Jobs itu dengan berinvestasi dari leher ke atas. Ikut seminar, baca buku, kuliah lagi, training, traveling menjadi bentuk pengejawantahannya.

Selain hal di atas, saya diingatkan Steve Jobs justru saat beberapa kali menggantikan tim PASS yang tidak masuk kerja. Thanks, Jobs!

Suatu kali, sembari mengobrol santai dengan konsumen, saya diingatkan bahwa pesaing dengan umur bisnis yang lebih muda sudah berlari menjauh. Ya, saya sebenarnya sudah merasa dan memperhatikan hal itu. Namun yang menarik, ia sekaligus mengingatkan: jangan pernah menolak order di bisnis inti. Nah, ini mungkin yang saya kecolongan.

Di lain waktu, saat membeli kebutuhan toko, saya berbincang dengan agen ATK langganan saya, ia mengingatkan bahwa siklus bisnis itu tiga tahunan: 3, 6, 9 tahun. Jika sudah melewati fase itu, yakinlah itu akan menjadi bisnis yang profitable hingga anak cucu. Ia, meski telah menjalankan bisnis belasan tahun, memberi contoh agen lainnya. Agen itu, ucapnya, saking sudah makan asam garam bisnis, bisa memprediksi kapan bahan baku akan mengalami kelangkaan. Beberapa bulan lalu, tidak ada angin, tidak ada hujan, beberapa item hilang di pasaran. Seluruh agen di Pontianak ‘terpaksa’ mengambil beberapa item darinya. Ratusan juta keuntungan bersih diraihnya dalam sehari. Sehari!
Barang siapa yang menghendaki kebahagiaan di dunia maka harus dengan ilmu, dan barang siapa menghendaki kebahagiaan akhirat maka harus dengan ilmu. Dan barang siapa yang menghendaki kebahagiaan keduanya (dunia dan akhirat) maka harus dengan ilmu (Alhadits)

Cukup dua kisah itu dulu ya, dua kisah yang masih segar di ujung benak saat blusukan dalam bisnis. Doakan saya tetap lapar dan selalu bodoh agar dapat mereguk indahnya proses berbisnis.

Wallahu a’lam.



Foto: Wisuda ibunda tercinta, my inspiration, yang memungkasi gelar akademik tertinggi di usia 60 tahun. Ya, enam puluh tahun!

Posting Komentar

Terima kasih atas komentar anda.