9 September 2012

Jokowi-Ahok dan Buah Manis Viral Marketing Kreatif

Apa yang membedakan Apple dengan produsen gadget lainnya? Apa yang membedakan Amazon dengan situs e-commerce lainnya? Apa yang membedakan, sekali lagi, apa yang membedakan antara Jokowi-Ahok dengan pasangan cagub lainnya? Kreatifitas.

Di dunia maya, kreatifitas itulah yang menjadi pembeda. Mengebiri budget namun berdampak hebat. Low budget, high impact.

Tak bisa dipungkiri, dengan kehadiran sosial media—Facebook, Twitter, dll—viral marketing menemukan jodohnya. Masyarakat kita yang senang ngobrol melahirkan efek bola salju getuk tular di dunia maya. Jokowi-Ahok kini menjadi simbol viral marketing yang kreatif.

Pemasaran viral (viral marketing) harus memenuhi 3 kriteria, yaitu  3 M (Man, Message dan Momentum):
Man. Orang yang bertindak untuk menyampaikan pesan yang sedang dikampanyekan. Orang ini harus mempunyai jaringan sosial yang cukup luas dan dipercaya dan media yang gampang diakses oleh semua orang.
Message. Pesan yang akan dikampanyekan. Mudah diingat dan menggugah orang untuk mengikutinya.
Momentum. Waktu yang tepat untuk melancarkan program viral marketing. (Wikipedia)

Berkali-kali saya menulis tentang Jokowi. Tak semata tentang figurnya saja, saya melihat fenomena dahsyat masyarakat kota yang melek informasi dan teknologi. Masyarakatlah yang menjemput informasi cagub Jakarta yang kelak dipilihnya melalui teknologi, terutama internet. Tim sukses yang bergelimang uang tidak bisa lagi membeli suara rakyat untuk memilih figur polesannya. Alih-alih memaksa, opini publik pun kini tidak bisa lagi dibentuk lewat kampanye vertikal dari tim sukses. Saat ini, masyarakat plus sosial medialah yang berkuasa, bukan uang semata.

Figur yang dipoles-poles tentu sah-sah saja, tapi dia akan terverifikasi dengan terang melalui sosial media. Jokowi plus Ahok membuktikannya. Betapa banyak kisah positif yang menyebar dengan mudahnya lewat sosial media, di saat yang sama kampanye negatif pun dengan mudah patah.

Di internet, sosok Jokowi kian mudah diangkat karena otentisitas dirinya. Tak ada yang dibuat-buat. Tak ada polesan. Membumi dan menyentuh.

Sedikitnya, ada tiga momen kampanye kreatif pasangan Jokowi-Ahok yang berefek viral.

antusiasme kotak-kotak sumber: rmol
Baju Kotak-kotak
Sebuah kampanye out of the box. Tak ada yang mengira, sebuah baju, kotak-kotak lagi, dapat menjadi simbol kampanye yang unik dan mengejutkan. Baju ini laris manis di pasaran. Masyarakat dengan sukarela mengeluarkan uang untuk membelinya. Bukan dengan disebar gratis, seperti umumnya kampanye yang kita lihat.

Di media sosial pun, terdapat berbagai gambar plesetan tentang baju kotak-kota ini yang kian mempopulerkan sosok Jokowi. Pada pilkada Jakarta, baju kotak menemukan monemtumnya, dan ikon kumis berakhir anti klimaks.

Meski, saya melihat ada unsur ketidaksengajaan dalam menemukannya, namun karena ada sosok Jokowi di baliknya hingga makna “menjahit Jakarta yang terkotak-kotak menjadi satu kesatuan” menjadi kian bermakna di balik bajunya.

Video Program Jokowi untuk Jakarta Baru
Merinding saat melihat presentasi Jokowi di Youtube. Tentu bukan karena sosok Jokowi secara fisik. Bila fisik, tentu banyak sosok yang lebih layak dipuja. Murni karena conten di dalamnya. Isi videonya terasa bernyawa. Tak terlihat ada kesenjangan antara janji dan realita. Pemimpin yang menjadi abdi bagi yang dipimpinnya menjadi otentik di tangan Jokowi. Kita yang selama ini kerap disuguhkan pepesan kosong refleks akan berucap “Wowww, eureka”, bak Archimedes menemukan sesuatu yang berharga di dalam hidupnya.


Parodi Lagu One Direction
Awalnya saya mengira, simpatisan Jokowi akan kehabisan amunisi untuk mempromosikan cagub pilihannya. Ternyata, anggapan saya meleset. Lahirlah video parodi. Tak dinyana tak disangka, hampir 1 juta, tepatnya 929,162 orang yang telah berkunjung melihat klipnya. Lagu What makes you beautiful-nya One Direction yang diplesetkan kreatif mampu menarik simpati hanya dalam waktu kurang dari satu bulan. Lirik yang mengena dan lagu yang populer menjadi modal yang cukup untuk melahirkan efek viral.
***
Sebenarnya, masih ada lagi berbagai efek viral yang memukau dari figur Jokowi. Tapi saya melihat, ketiga contoh di atas layak mewakilinya. Patut diingat, pesan dari Jeff 'Amazon' Bezos, “Di dunia nyata, jika kamu mengecewakan konsumen, ia akan membicarakannya pada 6 orang. Di dunia maya, jika konsumen kecewa, ia akan menyebarkan pada 6000 orang.” Waspadalah! Pernyataan Jeff Bezon ini juga saya rasa berlaku tidak hanya bagi konsumen yang kecewa—tapi juga bagi yang puas. Seperti saya, yang sadar atau tidak turut menjadi ‘korban’ efek viral marketing dari Jokowi. saya berusaha membaginya kepada anda. Dan anda membaginya kepada yang lain, terus yang lain membagikan kepada sohibnya, lalu... Lahirlah viral marketing berbasis kepuasan.

Saya berharap awareness positif ini tidak berakhir dini. Karena Indonesia bukan hanya Jakarta. Figur mumpuni pun bukan hanya Jokowi. Kita butuh energi panjang untuk Indonesia yang lebih baik.


Andai terpilih, tetaplah ‘menyentil’ Jokowi. Agar nasibnya tidak serupa dengan pemimpin-pemimpin kita lainnya yang “sendirian” tanpa rakyat di sampingnya—saat menjabat dan usai menjabat. Wallahu a’lam.

4 Please Share a Your Opinion.:

  1. Anonim1:28 PM

    iya gan, jokowi selain dekat dgn masyarakat jokowi juga kreatif dalam berkampanye...

    BalasHapus
  2. kalo menurut gw gan baju kotak2nya tuh yang sukss banget deh efek viralnya :-).

    salam kenal jang lupa mampir :)

    BalasHapus
  3. @ karim & rendy:
    yup gan, kreatifitas juga yang menyebabkan kampanye Jokowi susah ditiru.

    BalasHapus
  4. Mas Yaser, coba cek email dari saya ya (VIVA), ditunggu draft n kelengkapannya :)

    BalasHapus

Terima kasih atas komentar anda.