23 Agustus 2012

Bisnis Warnet, Jangan Sekedar Bisnis Offline-nya


Tidak sepenuhnya salah bila ada yang memprediksi bila kelak bisnis warnet akan mengalami stagnasi, atau kematian—seperti bisnis wartel. Dengan kemajuan perangkat nirkabel dan handphone terkini, berseluncur di dunia maya hanya sekelebatan jemari merogoh kocek yang tergeletak HP atau bopongan sebongkah laptop, tak perlu melangkah ke warnet lagi.

Tidak sepenuhnya salah memang, bila core businessnya hanya jasa internet tok. Warnet yang sekedar browsing. Dengan demikian, prediksi itu lambat laun akan menemukan kebenarannya.

Jelas saya telah memperhitungkan hal tersebut. Di tahun pertama wirausaha, saya mencoba diversifikasi bisnis: printing, cuci photo, jual ATK, dan insya Allah segera diluncurkan toko komputer PASS dengan ruang terpisah di “toko sebelah”. Mohon doanya.

Sebagian dari rekan menyiasatinya dengan membangun warnet game online. Sudah saya coba, hanya saja saya belum sanggup melihat riuhnya anak sekolah dan anak kecil yang mampir, plus orang tua yang kerap menjemput anaknya.

Sejatinya, bisnis warnet bagi saya bukanlah sekedar bisnis offline—sekedar  menyediakan ruang bagi penyewa jasa internet. Selain tidak kreatif, juga seolah menyiapkan tiang gantungan bagi bisnis. Jujur, di tengah pasang surut bisnis warnet selama 3 tahun terakhir ini, bisnis online-lah yang mampu menopang gelombang samudera bisnis saya.

Pada awal wirausaha warnet, saya menyengaja bahwa bisnis saya sesungguhnya bukanlah (hanya) warnet. Tapi “internet”-nya. Benar, bisnis online dan offline-nya.

Kuat melekat di benak, saat mendapat order website salah satu Kabupaten. Dengan bermodal laptop, saya beranjangsana dari cafe hotspot satu ke kafe lainnya, demi merancang web dan upload content. Secangkir kopi susu plus roti bakar kerap menjadi teman di setiap persinggahan. Cafe hotspot seperti kantor sendiri. Waktu itu, hampir sebagian besar pekerjaan saya bersinggungan dengan internet. (Kini pun masih).

Alhamdulillah, indah nian kenangan itu...

Kini, membuat website, buku, silaturahmi online, blogging, hingga toko online yang lagi dirintis, semuanya terbantu dengan adanya warnet, yang notabene milik sendiri. Dan saya tetap meyakini, bisnis (yang bukan sekedar) warnet akan bertahan lama dan sungguh mengejutkan turunannnya.

Berani mencoba?

- foto diambil saat berkemas guna open house PASS setelah seminggu libur lebaran, pukul setengah empat subuh. Pada kesempatan ini saya juga ingin menghaturkan permintaan maaf yang setulusnya kepada khalayak pembaca. Mohon maaf lahir batin.
- Bila ingin mendapat inspirasi lebih, silakan berkunjung ke: Abang Warnet yang Menjadi Mbah-nya Internet Marketing Indonesia

4 Please Share a Your Opinion.:

  1. Artikel yang menarik kawan dan inspirasi buat saya, semoga sukses bisnisnya

    BalasHapus
  2. Thanks uda mampir masgan. sukses!

    BalasHapus
  3. Anonim10:39 PM

    Wah salut sama agan, punya usaha sendiri padahal gak murah loh biaya buka warnet, semoga sukses aja ya

    BalasHapus
  4. Anonim2:18 AM

    Bisnis online pun butuh modal yang tidak sedikit. Jika menggunakan blog gretongan, dibutuhkan waktu puanjang untuk berhasil. Memang banyak yang sukses di bisnis online, tapi saya yakin seperti tadi, modalnya gede. Setidaknya utuh 300an blog untuk meraup ribuan dolar. hehe..

    BalasHapus

Terima kasih atas komentar anda.