2 November 2011

Komodo: Sebuah Keajaiban Dunia dan Keajaiban Internet!

Tergoda jemari ini untuk menulis tentang komodo. Binatang langka yang menjadi primadona dalam beberapa pekan terakhir. Terlebih saat ada “kompetisi” memperebutkan tahta keajaiban dunia. Komodo pun menjadi keajaiban baru di dunia (maya) dengan cara-cara maya pula. Tanpa mengenal siapa di balik penyelenggara, kredibilitasnya terlebih dampaknya untuk dunia pariwisata. Ratusan juta sms melayang demi KOMODO menjadi keajaiban dunia: New7Wonders. Keajaiban dunia yang ditentukan oleh sms. Di sinilah keajaibannya bermula.

Pertanyaan di benak mulai terkuak saat menonton TV sore tadi (01/11). Saat Emmy Hafild, Ketua Gerakan Pendukung Pemenangan Komodo, membeberkan sharing yang diterima dari sms premium tersebut, sebelum digratiskan. Di sudut lain, Duta Besar RI untuk Swiss Djoko Susilo berkali-kali menegaskan keraguaannya mengenai penyelenggara (dan penyelenggaraan) New 7 Wonder. Emmy Hafild  tidak menjawab dengan jelas. Singkatnya, penjelasan mereka berdua menggambarkan betapa mudahnya kita saling menyalahkan, dan membiarkan ijtihad positif masing-masing pihak berseberangan sehingga tetap berada “di sana”. Anda berada di pihak sana, saya di sini. Titik. Ah, koma. Titik. Koma. Ti... Kita berbeda. :)

Kalau saya boleh merunut lebih jauh kronologisnya, titik pangkalnya justru pada luar biasanya sosok Jusuf Kalla. Menurut tweet Indra Pilliang, Jusuf Kalla hanya membutuhkan waktu 5 menit untuk menyetujui keterlibatannya sebagai duta Pulau Komodo. Dengan jargon “lebih cepat lebih baik”-nya,  JK mengangguk tanpa melihat “warna otak” penyelenggaranya. Lewat karismanya, JK merangkul berbagai pihak untuk menyupport, termasuk sukses menggratiskan sms yang menghebohkan itu. Dan, meledaklah euphoria Komodo.

Yang terjadi, terjadilah.

Melihat rentetan demikian, perdebatan tentulah keniscayaan. Untuk hal ini, blog investigatif Priyadi.net cukup memukau membahasnya: FAQ New 7 Wonders.

Kita mudahnya mendirikan tembok, lupa membangun jembatan, Newton mengingatkan. “Jembatan” dari kejadian ini, saya melihat positifnya: Pulau Komodo dan, (semoga) NTT lebih mendapat perhatian. Minimal perhatian anda, yang bergiat membaca dan mengikuti perkembangannya. Perhatian di sini tentu memberikan dampak ekonomis.  Dari berbagai informasi, adanya peningkatan wisatawan yang berkunjung dan mulainya pembangunan penginapan-penginapan di sekitar pulau Komodo. Kabar yang menggembirakan bukan?

Bagi dunia pariwisata, ini sesungguhnya sebuah langkah maju. Kita tidak butuh pengakuan UNESCO untuk menasbihkan Pulau Komodo sebagai keajaiban dunia, kita juga tidak memerlukan pengakuan-pengakuan suatu lembaga untuk mengakui keunikan Komodo. Tapi dengan “menunggangi” isu pemilihan ini—secara online maupun offline, setidaknya strategi promosi “low budget high impact” menjelma. Keingintahuan kita terhadap Pulau Komodo makin meninggi. Tanpa perlu sibuk berpameran yang super wah, keunikan KOMODO telah “dipamerkan” di dunia maya. Nyaris tanpa menguras duit negara.

Dengan internet, semuanya bisa dijual!

Fenomena KOMODO ini bisa menjadi kajian strategis dalam upaya kita merumuskan kebijakan promosi pariwisata online secara komprehensif. Betapa tanpa campur tangan APBN, rakyat bergerak mempromosikan suatu obyek wisata. Kita, bisa menjadi subyek sekaligus obyek dalam even ini. 

Terakhir, silakan tetap ketik KOMODO dan kirim 9818. Namun, biarkan saya tidak mengikutinya. Di lubuk hati, terpendam keinginan untuk ke sana, ke Pulau Komodo, suatu saat nanti.


catatan di ujung:
Sibuk dengan KOMODO, kita mungkin terlewat mengikuti upaya lain anak bangsa dalam mempromosikan wisata negeri: Aku Cinta Indonesia. Silakan ikuti jurnalnya. Acung jempol! 
Oh ya, image dipinjam dari sini.

6 Please Share a Your Opinion.:

  1. keren gan ..


    keajaiban luar biasa yang ada di negeri kita Indonesia ..

    BalasHapus
  2. lagi ngapain sih ikutan2 new 7 wonders.. gak usah ikutan juga pulau komodo itu udah keajaiban dunia

    Event Untuk Blogger Berhadiah Blakberry Playbook

    BalasHapus
  3. Anonim10:32 AM

    Yang saya tidak yakin adalah ketika pariwisata Komodo meledak, banyak orang berkunjung, yang terbanyak porsinya menikmati itu ya hanya konglomerat yang bisa bikin infrastruktur dan resort disana. Nanti masyarakatnya malah terusir dan terpinggirkan. Kasihan, seperti di papua, masalah freeport. :)

    BalasHapus
  4. kira-kira kalo wisaawan makin banyak, Komodo merasa terganggu ga ya?? kasian kalo jadi terancam..

    BalasHapus
  5. sebenernya gak perlu ikutan new 7 wonders juga pulau komodo sudah ajaib dari dulu.. indonesia aja yang lebay

    Event Untuk Blogger Berhadiah Blakberry Playbook

    BalasHapus
  6. Dokter Anak: Untuk SDA, kita emang 'ajaib' gan! :)

    Konde: Masing-masing punya jalan mengekspresikan dirinya mas. Biarlah... :)

    I2-Harmony: Sebagai blogger, minimal kita bisa 'menjaga'nya melalui tulisan.

    Popi: Mungkin ya, bisa tidak.

    BalasHapus

Terima kasih atas komentar anda.