27 Agustus 2012

Habiskan Jatah Kegagalan Anda!


Saya...

1831, Mengalami kebangkrutan dalam bisnis.
1832, Menderita kekalahan dalam pemilihan tingkat lokal.
1833, Kembali menderita kebangkrutan dalam usaha.
1835, Sang tercinta meninggal dunia, Istriku.
1836, Menderita tekanan mental, sehingga hampir saja masuk rumah sakit jiwa.
1838, Menderita kekalahan dalam suatu kontes pidato.
1840, Gagal dalam pemilihan anggota senat Amerika Serikat.
1842, Menderita kekalahan untuk duduk di dalam kongres Amerika Serikat.
1848, Kalah lagi di kongres.
1855, Masih mengalami kegagalan di senat Amerika Serikat.
1856, Kalah dalam pemilihan untuk menduduki kursi sebagai wakil presiden.
1858, Lagi-lagi kalah di senat Amerika Serikat.
1860, Menjadi Presiden Amerika Serikat ke-16.

Salam,

Abraham Lincoln.



Menarik jika kita menyimak rangkaian kegagalan yang dialami Abraham Lincoln. Tragis dan dramatis. Laksana kisah sinetron, hampir seluruh episode hidupnya diisi dengan air mata. Air mata perjuangan tentunya.

Jika kita mencermati, kisah Abraham Lincoln sebenarnya sangat dekat dengan dunia kita. Dalam dunia bisnis, pendidikan, politik, seni, bahkan selebritas. Setiap manusia pernah gagal. Yang membedakannya, tidak semua manusia akan (selalu) bangkit setelah mengalami kegagalan.

Di dekat kita, yang tak kalah menawan, kegagalan Jusuf Kalla menjadi RI 1 malah kian melambungkan namanya sebagai sosok solutif. Dia bebas bergerak kemanapun, tanpa embel apapun. Sosok lain ialah Chairul Tanjung, melalui buku Anak Singkong, ia menuturkan bahwa kegagalan itu sendiri tak jarang menjadi blessing in disguise baginya. Masih banyak lagi figur inspiratif lainnya yang menemukan "sesuatu" di balik kegagalan. Jadi, tidak ada yang salah dengan kegagalan.

Mengenai kegagalan ini, ada hal yang menarik terjadi sekitar tahun 1967. Seorang ilmuwan terdorong melakukan riset mengenai kekecewaan dan kegagalan. Dia mendapatkan temuan yang mengejutkan bahwa di Library of Congress terdapat lebih dari seribu judul buku mengenai kesuksesan sedangkan buku mengenai kegagalan hanya enam belas judul saja. Pun sekarang, saya yakin persentasenya tidak bergeser jauh.

Hal ini terasa mengejutkan karena kekecewaan sesungguhnya merupakan pengalaman yang paling sering dialami manusia dibanding kesuksesan. Namun mengapa hanya sedikit buku yang berbicara mengenai kegagalan?

Dengan memetik inspirasi pada pribadi-pribadi “gagal”: Abraham Lincoln, Bung Hatta, Gandhi, Alfa Edison, Soichiro Honda, hingga HAMKAsetidaknya kita tidak lagi terlalu alergi mendengar kata gagal. Sejatinya kegagalan hanya melekat pada manusia yang tidak berani mencoba dan berhenti di pintu ke 9, saat pintu ke-10 yang bernama kesuksesan menunggu dibuka. Maka, mulai kini, mari kita niatkan untuk berjuang menghabiskan jatah kegagalan dengan terus take action membuka pintu demi pintu berikutnya.

Posting Komentar

Terima kasih atas komentar anda.