19 Agustus 2008

Tribun Pontianak, Spirit Kalbar? Semoga.



Saya cukup surprise menatap di persimpangan, bertebaran spanduk-spanduk yang catchy. Di tengah tampang-tampang "asing" balon walikota, ada sebuah oase yang ditebar. Tribun Pontianak, tertera nama tersebut di spanduk. Hm, saya tak sabar mencicipinya. :)

Pagi ini TRIBUN PONTIANAK-KOMPAS GRAMEDIA terbit perdana. Rp 1000/eks.

SMS masuk dari bung Akim. 01 Agustus. Jam 02.10 dini hari. SMS yang mengobati dahaga. Ya, saya haus sekali dengan informasi. Selain Pontianak Post dan Borneo Tribune yang dilanggani, saya juga sering jajan di luar, melahap Kompas, SINDO, Republika, Koran Tempo, dll. Tapi untuk Tribun Pontianak saya merasakan hal yang beda. Nama ini tidak hanya menyembulkan sebuah nama ikon dalam industri pers: Kompas Gramedia, tapi lebih dalam, dia menyalakan aroma persaingan yang sebelumnya hampir padam. Jawa Pos vs Kompas. Pontianak Post vs Tribun Pontianak. Dahulu, saya melihat Borneo Tribune hampir mampu mengimbangi kejayaan Pontianak Post, namun kayaknya energinya mulai melemah. Saya tahu betapa berat perjuangan rekan-rekan Borneo Tribune mengimbangi hegemoni AP Post. Idealisme, kerja keras, agaknya belum cukup bila tidak ditopang pundi-pundi gizi sang owner.

Yah, Tribun Pontianak seakan membangunkan singa tidur. Kini singa mengaum sana-sini, menyerang balik secara sporadis. hehehe. Pasukan pemasaran simpang empat saling berlomba memburu konsumen. Tentu bukan semata kenaikan angka penjualan yang diharapkan. Ada strategi buzz marketing di sana. Untuk ini, salut buat Tribun Pontianak yang berhasil dalam waktu singkat menaikkan brand awareness-nya di mata publik Pontianak.

Saya merasa keunggulan Tribun Pontianak yang harus dipertahankan selain interaktifitasnya, ialah independensi. Jangan pernah menjadi koran corong individu atau institusi tertentu. Hidup dari narasumber. Memberitakan suatu kasus atau news dengan iming-iming pundi-pundi di baliknya. Sehingga tak jarang, kita hanya membaca berita yang "seolah-olah" berita. Bila beritanya baik itu (pasti) karena bayaran narasumber. Bila beritanya buruk, sang wartawan tawar-menawar dengan sang oknum. Duh.

Saya berharap, koran, atau media massa apapun, dapat menjadi penyebar virus informasi positif bagi pembaca. Makin banyak asupan positif yang dilahap, semoga makin memompa semangat untuk maju dan bersaing. You are what you read. Merdekaaa!

4 Please Share a Your Opinion.:

  1. semoga tribun pontianak dapat menjadi control social yang betul-betul sesuai dengan proporsinya...

    terima kasih,
    NB: saya ingin bertukaran link dengan abang..saya sudah add..di tautan...mohon di link www.kayongblogger.com

    BalasHapus
  2. Ardhi: Sip. Langsung sy add. Maju terus Blogger di Tanah Kayong!

    BalasHapus
  3. Anonim12:40 PM

    thanks boss..doakan kami tetap mampu menjaga independensi sampai mati. Karena memang di sanalah harga diri kami, rekan-rekan di Tribun POntianak. salam...

    BalasHapus
  4. Anonim1:32 PM

    Tribun sudah Oke, trus kalo saya mau kirim tulisan gimana caranya?.....

    BalasHapus

Terima kasih atas komentar anda.