20 November 2007

Jejak di Balik Buku "Jejak Emas"

Sekali berarti, sesudah itu mati! (Chairil Anwar)

Saat gumpalan sinisme terhadap pemuda menyeruak di alam bawah sadar masyarakat, ada sebagian pemuda yang memilih berjuang dengan segala kemampuannya—tanpa hirau citra dan cemoohan. Pengabdian tanpa pamrih.
Mereka menyadari bahwa hidup tidak hanya untuk diri sendiri. Hidup merupakan suatu anugerah yang harus dirayakan dan dinikmati. Bersama yang lain.
Dari sinilah titik tolak kesadaran kami dalam memilih pemuda dengan prestasi “konkret” dan “membumi”. Tidak semata prestasi individual yang kami lihat, tapi lebih pada dampak nyata mereka terhadap lingkungannya. Menggugah dan Mengubah. (Jejak Emas)
Alhamdulillah, 29 Oktober 2007, gelaran Jejak Emas Pemuda Kalimantan Barat telah sampai di terminal, dengan selamat. Di terminal, tersedia dua pilihan: berhenti, atau melanjutkan perjalanan—dengan bis lainnya. Terus terang kami memilih yang terakhir. Kami menyebut acara 29 Oktober sebuah soft launching. Mengapa? Karena kami masih menyiapkan beberapa perangkat untuk melanjutkan gawean “emas” ini. Sebuah grand launching, yang insya Allah melibatkan lebih banyak pihak, secara kualitatif dan kuantitatif.


Ada sedikit cerita yang tersisa. Ini sedikit terinspirasi Roro Jongrang. Buku ini dicetak dalam waktu 2 hari (meski dalam jumlah terbatas). Dari pracetak hingga percetakan. Terima kasih atas bantuan sahabat saya, Mansur Oka. Dream comes true...

Alkisah, tanggal 25 Oktober, saya “dipaksa” berangkat ke Jakarta untuk mencetak buku “Jejak Emas”. Entah ini opsi yang keberapa, demi menyiasati launching yang kian mepet. Saya berusaha tenang karena sungguh, opsi darurat ini sudah direncanakan sejak awal. Tapi hati tetap berdebar, bayangkan bila mengacu schedule, waktu percetakan dijatah 2 minggu. Kini didiskon menjadi 2 hari!!! (dengan tanda seru tiga biji. Berbahaya).

Handphone dipencet. Tiga kutub saya kontak. Satu teman di Senen, nihil solusi (Hah, waktunya 2 hari. Angkat tangan… hehehe). Satu teman ngasih alamat di sekitar Ciputat. Teman yang lain, ngasih solusi di daerah Kampung Rambutan. Setelah melalui pertimbangan, saya pilih terakhir. Ada 10 alasan yang menjadi pertimbangan. Alasan pertama, dia kompeten dalam urusan pracetak hingga percetakan. Alasan kedua, dia sangat layak mengemban tugas berat ini. Alasan ketiga hingga kesepuluh, serahkan urusan pada ahlinya!

Singkat cerita, hingga tanggal 27 Oktober saya “numpang” di Jakarta. Di rumah petak, saya berjibaku berdua menyelesaikan proses percetakan. 2 hari lek-lekan. Serasa masih di Pontianak. Tanpa macet. Tanpa crowded. Ya, karena nyaris seluruh raga dipasung. Demi deadline.

Tidak terlintas sedikit pun di benak bahwa di waktu bersamaan, di Thamrin, sedang berlangsung pesta para blogger: Pesta Blogger. Pesta para blogger yang pertama. (Padahal bisa sekalian reunian dengan teman satu kos-an, alumni Kebun Kacang hehehe).

Dengan segenap kedigjayaan dan sisa-sisa tenaga, akhirnya bukunya lahir dengan sunggingan senyum. Alhamdulillah… spontan terlontar dari bibir. Anak kedua dari rahim bisnis penerbitan saya.

Cerita belum usai, sekejap kemudian rasa panik menyergap. Sadar bila harus segera terbang. Dalam tiket tertera 15.05 take off. Jam 14.00 masih ngepak buku-buku yang telah dipolar. Lokasinya sekitar jalan Raya Bogor. Pikir-pikir gak mungkin Cengkareng bisa terkejar bila nekat menumpang Damri.

Idenya? Taksi menjadi pilihan terbaik. Alhamdulillah di dekat Taman Mini ada taksi nganggur. Tanpa tawar, langsung tancap gas. Pak sopir meliukkan mobilnya bak di film action. Sungguh tak disangka saya turut menjadi peran pembantu di dalamnya. Meski macet, liukan pak sopir tak mengendor. Ups, kok macet. Di tol macet? Tanya kenapa? Pertanyaan yang akhirnya terjawab di Pontianak. Tepatnya saat di depan TV. Oalah.


(ki-ka) DR.Eddy Suratman, Deman Huri, Saya, Endih, Dimyatillah, DR. Hermansyah

Di Pontianak, semua berjalan sesuai rencana. Launching berlangsung dengan khidmat. Yup, khidmat, karena dikaitkan dengan acara Sumpah Pemuda yang dihelat BAPPORA-PP di Pontianak Convention Center. Bedah buku pun berjalan lancar, meski dengan skenario yang mengalami perubahan 3 kali (ceritanya agak panjang, semoga ada waktu untuk sharing).

Aini dan Nina Soraya, duo penulis emas lagi tanda tangan :)


NB: Photo-photo di atas merupakan sebagian oleh-oleh dari peluncuran buku “Jejak Emas Pemuda Kalbar”.

2 Please Share a Your Opinion.:

  1. Selamat, atas penerbitan bukunya, dengan penerbitan buku ini bukan berarti menyaingi "ganti hati" nya CEO Jawa Post Group,. walau hampir bertepatan. Semoga akan banyak lagi pemuda-pemuda daerah ini yang bisa menampilkan isi pikirannya,.. "Sudah saatnya pemuda memimpin negri", bentar agik pilkada walikota, hehehhe :-)
    Sukses Pemuda Kalbar

    BalasHapus
  2. Thanx apresiasinya bung Bathosai. Mdh2an bukunya "menyebar" dalam waktu dekat.
    btw, sekarang sy "ganti wajah", bersaing dengan "ganti hati"-nya Dahlan Iskan :). Wajah (:template) baru, semangat baru.
    Salam perubahan. Wass.

    BalasHapus

Terima kasih atas komentar anda.